31
Agu
11

Kristen dan Evolusi

Salah satu di antara sebab-sebab utama adanya pertikaian antara ilmu dan Alkitab ialah salah paham mengenai tujuan-tujuan ilmu dan tujuan-tujuan Alkitab. Ilmu mementingkan bagaimana hal-hal dibuat dan bagaimana hal-hal itu bekerja. Seorang ilmuwan melakukan eksperimen-eksperimen, mengamati dan melaporkan, akan tetapi begitu ia melangkah melewati garis untuk mulai menjelaskan “mengapa”nya serta tujuan alam semesta dan alam, ia sudah berada di luar batas.Tujuan Alkitab ialah untuk menyatakan Tuhan dan rencanaNya bagi umat manusia. Alkitab bersifat teologis, yakni, ia mengajar kita tentang Tuhan. Alkitab mengajar kita mengapa Tuhan menciptakan bumi dan manusia.

Akan tetapi, ilmu dan Alkitab tentu tidak terpisah sama sekali satu sama lain. Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan alam (Kejadian 1: 1), dan itu berarti bahwa Tuhan menciptakan bahan yang justru dipelajari, dites dan diamati oleh ahli ilmu alam. Akan tetapi dalam dunia teknologi yang sudah sangat maju sekarang ini, orang sering menggantikan Tuhan dengan ilmu. Ada ilmuwan-ilmuwan yang kadang-kadang lupa bahwa kesimpulan-kesimpulan ilmiah senantiasa tak luput dari perubahan. Dalam dunia ilmu, apa yang hari ini berupa “fakta”, besok bisa menjadi “buah pikiran yang salah.” Sebaliknya, orang-orang Kristen dikenal mempunyai tafsiran-tafsiran tertentu tentang Alkitab yang rupa-rupanya bertentangan dengan penemuan-penemuan ilmiah.

Orang-orang Kristen juga telah berbuat kesalahan dengan mencampuradukkan kritik-kritik para ilmuwan yang bukan Kristen dengan tujuan ilmu yang sejati, yakni mempelajari ciptaan Tuhan dan membantu manusia dalam penggunaan bumi sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan. Agama Kristen tidak perlu takut akan ilmu karena hukum-hukum alam dan ilmu berasal dari Tuhan, dan ini berarti bahwa apa yang diciptakan Tuhan tidak bisa merupakan bahaya apa pun bagi iman orang Kristen yang percaya kepadaNya.

Namun, sayang sekali, ada penemuan-penemuan ilmiah tertentu yang telah ditafsirkan sebagai ancaman-ancaman terhadap agama Kristen. Salah satu di antara yang paling terkenal ialah teori evolusi organik, yang untuk pertama kalinya dipopulerkan (dituangkan dalam bentuk yang bisa dimengerti oleh kaum awam atau umum) oleh Charles Darwin.

Percekcokan antara agama Kristen dengan teori evolusi organik ini adalah suatu contoh yang baik tentang bagaimana orang bisa bereaksi terhadap dogma teologis, yang belum tentu sesuai dengan apa yang diajarkan Alkitab. Sekalipun bukti tentang adanya evolusi tidak meyakinkan pada waktu itu (dan hingga sekarang pun belum meyakinkan), orang menerimanya sebagai dogma yang harus dipercayai dengan iman, karena di sini pada akhirnya terdapat suatu penjelasan yang masuk akal tentang dunia dan makhluk-makhluk hidup, yang bisa merupakan alternatif bagi gagasan tentang campur tangan ilahi.

Evolusi Tidak Benar.

Menurut paradigma Kristian, pembahasan saintifik dalam peristiwa penciptaan ada kaitan dengan banjir besar sebagai penyebab munculnya fosil. Kemunculan makhluk hidup secara kebetulan tidak pernah ditemui. Segala sifat yang diperolehi dari luar tidak dapat diturunkan kepada generasi berikutnya. Seleksi alam secara alami tidak dapat menghasilkan gen baru; melainkan hanya menyaring dari sifat yang telah ada sebelumnya. Mutasi adalah satu-satunya mekanisme yang mungkin dapat menghasilkan jasad genetik baru untuk proses evolusi.  Tetapi, semua akibat mutasi yang ditemui bersifat punah. Tidak ada mutasi yang pernah menghasilkan bentuk kehidupan yang memiliki tingkat kerumitan dan kewajaran yang lebih besar dari bentuk asalnya. Tidak ada alasan untuk mempercayai bahwa mutasi akan dapat menghasilkan suatu organ tubuh yang baru seperti mata, telinga atau otak. Tidak pernah ada bentuk kehidupan di luar angkasa yang jelas dapat ditemui dan dipelajari.

Banyaknya persamaan dalam beberapa spesies yang berbeda tidak selayaknya diartikan sebagai adanya hubungan genetik, melainkan dapat diartikan bahwa mereka dirancang oleh perancang yang sama. Adanya organ tubuh manusia yang fungsinya tidak diketahui bukan berarti bahwa mereka adalah peninggalan evolusi dari nenek moyang asal-usul kehidupan. Ketika sebuah embrio berkembang, ia tidak melalui tahapan dewasa dari apa yang dianggap sebagai nenek moyang evolusi.  Hakikatnya, pakar embrio secara umum tidak lagi memandang bahwa persamaan luar biasa antara beberapa embrio dengan bentuk dewasa beberapa hewan kecil sebagai suatu bukti adanya evolusi.

Peninggalan fosil Ramapithecus hanyalah retakan gigi dan rahang yang menyerupai baboon, yang hingga kini baboon masih ada. Walaupun ratusan tahun dunia telah digemparkan untuk mempercayai bahwa manusia Neanderthal berjalan bongkok dan berbentuk seperti monyet.  Namun, penelitian terkini membuktikan bahwa manusia tersebut sebenarnya menderita cacat akibat Arthritis atau penyakit Rickets.  Manusia Neanderthal, Heidelberg dan Cro-Magnon, semuanya serupa dengan manusia selama ini. Hanya, lantaran disebabkan kemahiran para seniman memberi tubuh kepada fosil khususnya  yang berdaging, sangatlah imaginatif dan tidak disokong oleh bukti. Lebih jauh lagi, teknik pengukuran usia yang ada masih dipertanyakan kesahihannya. Kebanyakan fosil yang ditemui menunjukkan bahwa mereka telah dikuburkan sebelum membusuk. Hakikat ini serupa dengan fosil Polistrata pada formasi Carboniferous, Mesozoic dan Cenozoic yang membuktikan bahwa jasad ini telah terurai dalam jangka waktu yang singkat dan bukan ratusan juta tahun.

Jika evolusi telah terjadi, catatan sejarah fosil seharusnya menunjukkan perubahan yang bertahap dan berkesinambungan dalam semua bentuk kehidupan dari lapisan yang paling bawah hingga ke lapisan yang paling atas. Tetapi, apa yang ditemui adalah sebaliknya. Banyak spesies rumit yang ditemui dalam lapisan yang lebih bawah tidak berkesinambungan. Malahan sebahagian besar endapan yang menyelimuti semua fosil ditemui tersebar di bawah air.  Bahkan, sejarah penemuan fosil dunia merupakan bukti dari adanya kematian dan penguburan segera dari kehidupan hewan dan tumbuhan oleh suatu malapetaka bumi, dan bukan merupakan bukti dari evolusi atau perubahan yang lambat. Setiap deretan pergunungan besar di bumi mengandung fosil dari kehidupan laut. Hampir setiap peradaban di bumi memiliki legenda tentang suatu banjir besar yang mentraumakan, di mana hanya beberapa orang yang selamat dalam suatu kapal besar.  Jadi, apakah teori evolusi yang secara tidak langsung menyatakan bahwa Tuhan tidak menciptakan manusia yang benar?

 

sumber: Ainun Asmawati & Dyah   Ayu  Fajarianingtyas. 2011. Teori Evolusi Biologis dan Agama. Makalah. Jurusan Biologi. PPs UM. Malang


0 Tanggapan to “Kristen dan Evolusi”



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar


kategori

arsip

Klik tertinggi

  • Tidak ada

Blog Stats

  • 319.909 hits

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 4 pelanggan lain